Batik Yogyakarta - Sejarah Perkembangan & Ciri Khas Batik Jogja

Batik Yogyakarta. Jogja, Yogya, Jogjakarta ataupun Yogyakarta adalah sederetan istilah yang menunjuk ke satu tempat, daerah teristimewa di Indonesia, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kota Seni, Kota Wisata dan Kota Pelajar merupakan sebagian julukan yang turut mewakili ragam potensi pusat wilayahnya.

Tidak hanya itu dan memang lebih dari itu, Jogja juga sebagai Kota Budaya. Lebih spesifik lagi, Yogyakarta adalah Kota Batik. Salah satu pusat berkembangnya Batik, wastra tradisional kebanggaan dan warisan budaya Indonesia. Sejak 2009, UNESCO pun mengakui eksistensi kain tradisional Indonesia tersebut.

Bersama Batik Solo, Batik Jogja adalah ikon batik di Indonesia. Solo dan Jogja sama-sama dijuluki Kota Batik, ini mengisyaratkan keduanya adalah punggawa dari beragam batik yang tersebar di Indonesia. Perihal Batik Solo telah terpublish sebelumnya, pada kesempatan ini mari mencoba lebih dekat dengan Batik Yogyakarta.

Perihal Sejarah Batik Yogyakarta

Kerajaan Mataram Islam yang pernah berjaya di Jawa memiliki andil kuat dalam melestarikan batik. Batik tulis yang mewakili batik klasik atau batik murni bersumber pada arus budaya di masa kerajaan yang didirikan Sutawijaya tersebut. Lestari dalam lingkup keraton untuk kemudian berkembang hingga keluar keraton.

Selama mendirikan Mataram, Sutawijaya atau Panembahan Senopati (1587-1601) sering bertapa, melakukan pengembaraan spiritual di sepanjang pesisir selatan Jawa. Konon, lanskap ombak yang menghantam bebatuan karang telah mengilhaminya untuk menciptakan motif parang, salah satu motif batik khas Mataram.

Selanjutnya, dinamika kehidupan keraton melahirkan Perjanjian Giyanti (1755 M). Perjanjian yang membagi Mataram menjadi Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Tidak hanya kekuasaan, namun juga cara melestarikan budayanya. Batik Surakarta (Solo) dan Batik Yogyakarta tercipta dalam nuansa seperti itu.

Meski tetap merupakan pakaian adat keraton, dua jenis batik tersebut khas dengan coraknya sendiri. Batik Yogya mewakili salah satu kelengkapan busana Mataram yang seutuhnya menjadi milik Keraton Yogyakarta. Dominasi warna tanah menjadi pembeda dari Batik Solo yang berwarna coklat emas dengan dasar krem.

Batik awalnya berkembang terbatas sebagai bagian dari pendidikan putri bangsawan dalam lingkup keraton. Membatik merupakan rutinitas bagi para ratu dan putri kerajaan bersama para abdi dalem perempuan. Oleh karena prosesnya rumit dan lama, lambat laun pengerjaannya pun boleh berlanjut di rumah masing-masing.

Melali pengerjaan batik di rumah, akhirnya tumbuh juga keinginan abdi dalem untuk membuat Kain Batik bagi diri mereka sendiri. Dari sini, kegiatan membatik mulai meluas, termasuk di keluarga abdi dalem dan prajurit. Dan, semakin tersebar seiring dengan banyaknya masyarakat yang melihat dan mulai tertarik juga menirunya.

Demikianlah akhirnya Batik Yogyakarta keluar dari tembok keraton dan semua kalangan pun bisa menikmatinya. Kreatifitas yang ada turut memperkaya kehadiran motif-motif baru yang menjadi ciri khas masing-masing kelompok. Motif-motif tersebut selanjutnya turut menjadi identitas sosial masyarakat Yogyakarta.

Sebagai misal, ada batik keraton dan batik larangan yang penggunaannya khusus bagi keluarga keraton. Ada juga batik sudagaran, batik khas kaum berekonomi kuat namun bukan berasal dari keluarga keraton. Sementara itu, ada juga batik petani atau batik rakyat yang mewakili batik para petani dan masyarakat umum.

Ciri Khas Batik Gaya Jogyakarta

Seiring popularitasnya, klasifikasi batik Yogyakarta semakin memudar. Banyak masyarakat yang mengenakan motif larangan. Hal ini juga sejalan dengan tidak lagi berlaku pelarangan motif tersebut di luar keraton. Hanya saja, terkadang masyarakat memakainya hanya berdasarkan rasa suka dan tidak memahami peruntukannya.

Sebagai misal motif khusus untuk upacara kematian, sebagian masyarakat malah memakainya untuk acara pernikahan. Bukanlah suatu kewajiban untuk memahami filosofinya, yang perlu perhatian adalah bahwa batik bukanlah sekedar kain bergambar. Setiap motifnya menyimpan makna, baik dalam corak maupun warnanya.

Motif larangan sendiri merupakan pola batik yang sejak akhir abad ke-18 ditentukan, baik oleh Sultan Yogyakarta maupun Sunan Surakarta. Ada aturan-aturan tertentu, termasuk cara pemakaiannya. Ini adalah pakaian kebesaran (busana keprabon) di kalangan bangsawan keraton yang biasanya berbentuk kampuh/dodot.

Sesuai peraturan Sultan Hamengku Buwono VIII pada 3 Mei 1927, terdapat 8 motif yang termasuk batik larangan. Beberapa motif tersebut di antaranya adalah Parang Rusak Barong, Parang Rusak Gendreh, Parang Rusak Klitik, Semen Gede Swat Gruda, Semen Gede Swat Lat, Udan Riris, Rujak Sente, dan Parang-parangan.

Sementara itu, untuk ciri khas batik Yogyakarta secara umum adalah menggunakan latar belakang berwarna putih. Lebih cenderung menghadirkan warna motif terang atau kontras, namun jarang menggunakan isen-isen penuh. Apabila menggunakan perada, penerapannya di seluruh motif sehingga batiknya terkesan mewah.

Ragam motif batik Jogja cenderung berkisar pada garis silang atau yang juga terkenal dengan sebutan motif ceplok dan kawung. Ada juga seputar garis miring atau motif lereng atau parang. Juga, motif anyaman atau limaran, serta motif non geometris, seperti bunga, burung, naga, awan, gunung, dan lain sebagainya.

Sebagai penerus tradisi budaya klasik, motif batik Yogyakarta banyak mengadopsi simbol kebudayaan Hindu. Paling banyak terlihat pada motif semen. Motif tersebut biasanya menampilkan gurda (burung garuda, melambangkan matahari), lidah api (Dewa Api), serta gambaran tentang konsep dunia bawah-tengah-atas dan mandala.

Keunikan batik Jogja lainnya bisa kita lihat dari seret, yakni bagian putih pada pinggir kain batik. Seret batik gaya Yogyakarta dipertahankan agar tetap berwarna putih terang. Sehingga, dalam proses pembuatannya sangat diusahakan agar lilin (malam) yang digunakan tidak pecah untuk menghindari masuknya warna lain.

REFERENSI:
  1. https://media.neliti.com/med...
  2. https://www.kratonjogja.id/k...
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url