Rumah Adat Yogyakarta - Arsitektur Joglo dan Bangsal Kencono

Dalam banyak hal Yogyakarta selalu istimewa, tidak terkecuali terkait dengan seni dan budayanya. Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu pusat kebudayaan Jawa. Di sinilah corak kebudayaan masyarakat Jawa terjaga, senantiasa lestari hingga saat ini. Lalu, bagaimana dengan rumah adat Yogyakarta?

Secara umum rumah adat Jawa adalah Rumah Joglo. Namun, sebagai identitas budaya kedaerahan, rumah adat atau rumah tradisional Yogyakarta punya keunikan tersendiri. Namanya Bangsal Kencono, salah satu jenis Rumah Joglo yang mewakili kekhasan bangunan Kerajaan Mataram atau Keraton Yogyakarta.

Dalam artikel ini tersaji penjelasan mengenai arsitektur Bangsa Kencono Yogyakarta yang seluruhnya telah menjadi bagian dari cagar budaya. Belum lengkap sepenuhnya, namun sekiranya bisa menjadi gambaran untuk kita mengenal rumah adat Jogja. Disertai juga dengan penjelasan singkat perihal Rumah Joglo Jawa.

Arsitektur Bangunan Rumah Joglo di Jawa

Rumah Joglo merupakan rumah tradisional adat dengan ciri khas bentuk atap yang menyerupai gunungan dan biasanya dilengkapi juga dengan tumpang sari. Secara filosofis, rumah tradisional ini merupakan cerminan dari sikap, pemikiran, wawasan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan masyarakat Jawa.

Merujuk pada struktur bangunannya, Rumah Joglo memiliki denah persegi panjang dan terbagi menjadi enam bagian, yakni pendhopo, pringgitan, dalem, dapur, gandhok, dan gandri. Pendhopo adalah bagian pertama yang berfungsi untuk menerima tamu, menyelenggarakan pesta dan pertunjukan seni.

Pendhopo merupakan ruang publik. Setelahnya, ada bagian bernama pringgitan yang bersifat semi-publik, fungsinya untuk menerima tamu terhormat atau resmi. Pringgitan juga menjadi tempat pertunjukan Wayang Kulit. Pringgitan adalah pengantar untuk memasuki ruang dalem, pusat dari Rumah Joglo.

Ruang dalem atau ruang dalem ageng merupakan ruang inti di bagian tengah dengan lantai lebih tinggi dari pringgitan dan pendhopo. Ruangan ini bersifat tertutup yang berfungsi untuk menerima saudara dan ruang para wanita. Istilah lain untuk ruang dalem adalah omah njero atau omah dalem.

Di bagian belakang ruang dalem, terdapat beberapa kamar yang disebut senthong, yakni senthong tengen (kanan), senthong tengah, dan senthong kiwo (kiri). Di belakangnya, ada gandri (tempat makan keluarga) dan dapur. Lalu, ada juga gandhok yakni ruangan tambahan di kiri dan kanan Rumah Joglo.

Meskipun sama-sama disebut Rumah Joglo seperti halnya rumah adat di Jawa Timur dan Jawa Tengah, rumah tradisional adat Jogja unik karena meniru bangunan Bangsal Kencono Keraton Yogyakarta. Atapnya membumbung tinggi bertumpuk tiga. Lantainya lebih tinggi dari tanah. Serta, memiliki pendhopo yang luas.

Beberapa Contoh Jenis Rumah Joglo Jawa

  1. Rumah Joglo Jompongan: Bentuk dasar dari Rumah Joglo yang berdenah bujur sangkar dengan 2 buah pengeret.
  2. Joglo Kepuhan Lawakan: Rumah Joglo dengan atap yang nampak lebih tinggi karena tidak memakai geganja atap berujung.
  3. Rumah Joglo Ceblokan: Memakai soko pendhem (bagian tiang setelah bawah terpendam), biasanya tidak memakai sunduk.
  4. Joglo Kepuhan Limolasan: Rumah dengan sunduk bandang yang panjang dan ander agak pendek, atapnya berujung panjang.
  5. Rumah Joglo Sinom Apitan: Rumah joglo dengan 3 buah pengeret, 3-5 buah tumpang, dan 4 empyak (atap) emper.
  6. Rumah Joglo Pengrawit: Rumah dengan lambang gantung, atap berujung dan atap emper merenggang dari atap penanggap. Tiap sudut memiliki soko (atap).
  7. Joglo Kepuhan Apitan: Rumah dengan empyak berjung yang lebih tinggi karena desain pengeret lebih pendek.
  8. Rumah Joglo Semar Tinandu: Bangunan Rumah Joglo dengan dua pengeret dan dua soko guru di antara dua pengeret.
  9. Rumah Joglo Lambangsari: Memakai lambangsari, tanpa empyak emper. Memakai uleng ganda, godegan dan 5 tingkat tumpangsari.
  10. Joglo Wantah Apitan: Rumah dengan singup, geganja, dan tikar lumajang. Juga, memakai 5 buah tumpang.

Rumah Adat Bangsal Kencono Yogyakarta

Rumah Adat Bangsal Kencono merupakan arsitektur rumah tradisional khas Kerajaan Mataram yang ikonik mewakili rumah adat Jogja. Ini merupakan bangunan pendopo di taman luas di dalam Keraton Yogyakarta. Selain menjadi tempat tinggal raja Keraton Yogyakarta, rumah ini juga berfungsi sebagai tempat pertemuan penting.

Merujuk pada atap, Bangsal Kencono juga termasuk Rumah Joglo. Atapnya terbuat dari genteng membumbung tinggi dengan penopang 4 soko guru (tiang utama) di tengah. Material dinding dan tiang terbuat dari kayu jati atau kayu nangka. Tiang penopang berwarna hijau tua atau hitam ditopang oleh umpak batu hitam keemasan.

Bangsal Kencono di Keraton Yogyakarta berlantai marmer dengan bagian dalam lebih tinggi dari halamannya. Karena itu,  di area pintu masuknya ada anak tangga. Desain arsitektur rumah ini juga mendapat pengaruh budaya luar, yakni Belanda, Cina, dan Portugis. Meskipun begitu arsitektur Jawa tetap dominan secara keseluruhan.

Struktur Rumah Adat Bangsal Kencono

Merujuk pada sejarah, Bangsal Kencono dulu bernama Bangsal Alus. Didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1792 M sebagai kediaman dan istana raja Keraton Yogyakarta. Kawasan rumah ini sangat luas dan terdiri dari tiga bagian utama. Di antaranya bagian depan, bagian inti atau utama, dan bagian belakang.

Bagian depan Bangsal Kencono mencakup gerbang utama atau pintu masuk ke dalam istana, namanya gladhak pangurakan. Lalu, ada Alun-Alun Lor yang luas di sisi utara untuk menyelenggarakan upacara adat, dan Masjid Gedhe. Masjid ini berada di sisi barat Alun-Alun Lor dan berfungsi sebagai tempat beribadah umat muslim.

Bagian inti meliputi bangsal pagelaran (untuk penggawa kesultanan menghadap raja). Lalu, siti hinggil (untuk upacara adat), kemandungan lor, sri manganti (untuk menerima tamu dan pentas budaya), serta kedhaton (tempat tinggal keluarga raja). Kedhaton mencakup keputren untuk istri sultan dan kesatrian untuk putra sultan.

Di bagian inti juga terdapat kemagangan (tempat menerima abdi dalem) dan siti hinggil kidul (tempat gladi resik upacara Grebeg dan tempat berlatih prajurit perempuan). Selanjutnya, di bagian belakang rumah adat Yogyakarta ini terdapat Alun-Alun Kidul. Serta, plengkung nirbaya (poros utama ke pemakaman Imogiri).

Demikian sekilas tentang rumah adat Bangsal Kencono Yogyakarta. Apabila ingin lebih mengenal produk kebudayaan di daerah Yogyakarta, baca juga artikel Tarian Klasik Yogyakarta dan Baju Tradisional Yogyakarta. Untuk rumah adat Jawa lainnya, baca Rumah Tradisional Jawa Tengah dan Rumah Tradisional Jawa Timur.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url