Batik Malang - Sejarah, Ciri Khas & Filosofi Motif Batik Malangan
Batik Malang. Kain Batik merupakan wastra tradisional yang telah menjadi salah satu warisan budaya Indonesia. Wastra atau kain tradisional Nusantara ini pun telah mendunia dan telah masuk dalam daftar UNESCO sejak tahun 2009.
Dalam jenisnya, batik sangat beragam. Selain terkategorikan menurut cara pembuatannya, jenis batik juga menyesuaikan daerah asal motif yang menggambarkan kekhasan motif daerah tersebut. Batik Yogyakarta, misalnya.
Batik Malang (Batik Malangan) mewakili batik yang berasal dari Malang, Jawa Timur. Bunga Teratai dan Malang Kucecwara menjadi motif khas Batik Malangan, meski kini juga banyak motif baru yang memperkaya batik khas Malang ini.
Sejarah dan Ciri Khas Batik Malangan
Terkait dengan sejarahnya, tidak ada yang mengetahui secara pasti sejak kapan batik ini ada di daerah Malang. Sejauh ini, salah satu yang menjadi patokan sejarah Batik Malangan hanyalah aktivitas tradisi yang terjadi pada abad ke XIX.
Dalam upacara tradisional di era itu, pria dan wanitanya mengenakan busana yang terdiri dari medhang koro (hiasan kepala), udeng, dan sewek yang bermotif sidomukti. Motif batik sidomukti merupakan salah satu motif Batik Malangan.
Beberapa ciri khas Batik Malangan, di antaranya motif dasar Candi Badut sebagai candi peninggalan kerajaan Kanjuruhan (760 M). Lalu, isen-isen dengan motif Tugu Malang dan rambut singa putih yang melambangkan Kabupaten Malang.
Ketiga, motif hias batik ini sendiri yang biasanya memiliki boket di pinggiran kain, umumnya berhias tiga buah sulur bunga teratai berpola seperti rantai. Meski demikian seiring perkembangannya, motif Batik Malangan pun semakin beragam.
Ada motif Batik Celaket, Malang Kucecwara, dan Bunga Teratai. Batik Celaket yang terkenal memiliki corak berani bahkan nekat. Motif ulat bulu Batik Tulis Celaket terinspirasi serangan ulat bulu di Probolinggo dan daerah lainnya di Jawa Timur.
Makna Filosofis Batik Malang Kucecwara
Masing-masing motif Batik Malangan mengandung makna filosofis yang mendalam. Sebagai misal adalah motif batik Malang Kucecwara. Di dalamnya terdapat motif mahkota raja Gajayana, raja yang membawa kejayaan kerajaan Gajayana.
Secara filosofis motif tersebut menyiratkan harapan agar Batik Malangan bisa berjaya seperti halnya kejayaan Kerajaan Gajayana. Motif Tugu Malang melambangkan kekuasaan teritorial, gambaran tentang keperkasaan dan ketegaran.
Kemudian ada juga motif rumbai singa sebagai simbol kebudayaan masyarakat Malang yang berjiwa pemberani, penuh semangat dan pantang menyerah. Motif bunga teratai melambangkan anugerah keindahan dan kesuburan alam.
Selanjutnya ada motif arca dari Candi Singosari, salah satu aset budaya Malang. Selebihnya, ada motif sulur-sulur yang bermakna perkembangan hidup yang tak abadi sehingga mengingatkan bahwa kematian adalah suatu hal yang pasti.
Sulur-sulur yang bersambung dimaknai bahwa akan selalu ada generasi penerus yang melanjutkan kehidupan. Satu lagi adalah isen-isen belah ketupat yang diambil dari relief Candi Badut. Maknanya bahwa manusia pasti memiliki kelemahan.